Produksi TBS dan CPO di Kaltim Stabil

Produk Turunan Masih Wacana



SAMARINDA – Jika produksi crude palm oil  (CPO) secara nasional disebut menurun, hal sebaliknya di Kaltim. Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Kaltim, Sukardi menyebut, dalam beberapa bulan terakhir, produksi CPO dan tandan buah segar (TBS) di Kaltim tetap stabil, bahkan mengalami sedikit peningkatan. Di Kaltim, periode awal 2013 dikatakannya sebagai awal masa panen, yang akan mencapai puncaknya pada bulan Oktober nanti.

“Saya rasa di Kaltim kondisinya sedikit berbeda,” jelas Sukardi.

Sebelumnya, salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit nasional PT Sukses Tani Nusasubur (STN) merilis, terjadi penurunan produksi CPO. Di samping itu, justru terjadi kenaikan pada olahan turunan kelapa sawit itu dalam beberapa bulan terakhir.

“Itu data salah satu perusahaan, dan ukurannya nasional. Saya rasa situasi tersebut disebabkan tanaman kelapa sawit yang sudah berumur,” ucap Sukardi.

Dia menerangkan, memang dapat terjadi penurunan produktivitas pada kelapa sawit. “Itu termasuk golongan tanaman tua (TT), yang usianya sekitar enam tahun atau lebih,” sambungnya.

Di Kaltim, terjadi penurunan luas area untuk tanaman kelapa sawit yang masuk kategori tua dibanding tahun lalu. Jumlah tersebut diiringi meningkatnya lahan kelapa sawit yang masuk golongan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). “Tanaman menghasilkan biasanya berusia sekitar tiga sampai 4 tahun,” tutur Sukardi.

Dia juga menyebut, perubahan luas area juga bisa terjadi karena pergeseran status TBM menjadi tanaman menghasilkan. “Bahkan, ada yang dalam hitungan bulan. Karena menanamnya memang tidak semua bersamaan,” sambungnya.

Data dari Dinas Perkebunan Kaltim memang menunjukkan, terjadi kenaikan harga tandan buah segar (TBS) dan CPO pada awal 2013. “Memang siklus harganya begitu. Pada akhir tahun harga memang turun, awal tahun mulai merangkak naik lagi,” ujar Muhammad Yusuf, kepala Bidang Usaha Disbun Kaltim.

Yusuf menyebut, turunnya harga TBS dan CPO pada akhir tahun disebabkan periode tersebut merupakan masa panen. “Banyak petani yang mengantre memasukkan hasil perkebunannya ke perusahaan,” ujarnya. Lama mengantre, katanya, tak jarang menurunkan kualitas kelapa sawit, yang memang tidak mampu tahan terlalu lama.

Sukardi menambahkan, hingga saat ini, untuk tingkat produksi dalam skala besar, Kaltim baru mampu mengolah hasil kelapa sawit dalam bentuk CPO.

“Kalau turunan lanjutan lain seperti margarin atau minyak goreng, kita masih mengirim CPO ke Pulau Jawa untuk diolah,” katanya.

Untuk mengantisipasi hal ini, dia mengatakan pemerintah telah melakukan promosi investasi pengolahan sawit di pusat pengembangannya di Maloy, Kutai Timur. “Langsung Pak Gubernur sendiri yang mengomandoi program ini,” ucapnya.

Sejauh ini, beberapa lahan di kawasan pengembangan tersebut sudah mendapat permintaan dari investor untuk pengembangan CPO menjadi turunan produksi lebih lanjut. “Lahannya dilelang dalam kavelingan. Untuk yang belum berkesempatan berinvestasi di sana, bisa mengajukan diri langsung ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pusat,” imbuhnya.


Tidak ada komentar: