![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjvDMEJlOMtnphbeijBOjGWNY9oilwWmfwPzO-Rh5WcWurmra-EXxR5T0YcTKBLA9GJaV9Vkovon0mZ3D0bcrE13m2nIGhMV4QqWWEDg3eK5Okhvkpvj5eAx26t4dZ9sWin8V-gMbklBw/s640/cc-14-675x355.jpg)
SUKABUMI
– Komisaris Utama Global Media Nusantara (GMN) Group, Wira Pradana
membagikan uang hasil panen perdana pohon I-Gist (jabon) kepada para
mitranya sebagai investor. Pembagian uang secara simbolis tersebut
dilaksanakan di sekitar pabrik triplek berbahan kayu jabon, CV Baden
Jaya, Jalan Raya Babakan, KM 16, Lebakjero, Desa Parakanlima, Kecamatan
Cikembar, Kabupaten Sukabumi, minggu (10/1).
Wira Pradana mengatakan, pembagian uang
ini merupakan hasil bisnis yang ditanam (dipercayakan kepadanya) lima
tahun yang lalu. Bisnis yang digelutinya, tutur sarjana Teknologi
Pertambangan Institut Teknik Bandung (ITB) tersebut, digagas pada 2011
silam. “Pelaksanaan penanamannya pada tahun 2012. Sekarang kita
melakukan panen perdana di usia lima tahun. Alhamdulillah bagi yang
berinvestasi 50 pohon mengasilan Rp 35 juta, yang 395 pohon menghasilkan
Rp 350 juta. Sekarang kita berikan 50 persennya. Sedangkan 50 persennya
lagi untuk belanja modal (investasi) lagi,” katanya.Ia juga menegaskan, bisnis tersebut
bukan sekadar bisnis. Setidaknya memiliki dua keuntungan mulia dan
sejahtera. Bisnis tersebut disebutkan mulia, lantaran kini Indonesia
bahkan dunia telah mengalami kerusakan lingkungan. Dengan melakukan
bisnis menanam pohon tersebut, tentunya menjadi salah satu kampanye
gerakan amankan bumi.
“Sampai saat ini, kita memiliki 300
member. Kita menargetkan penanaman 1 miliar pohon. Sekarang kita baru
mencapai 1 juta pohon,” sebutnya.
Pria kelahiran Malang 1981 yang tercatat
sebagai salah satu tokoh sukses di buku profil top Indonesia itu juga
sebelumnya berkarir di bidang IT. Dengan keahliannya itu, ia
mengembangkan usahanya dengan mengkampanyekan gerakan amankan bumi
dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya.
“Semuanya kami jamin. Sebagai antisipasi
terjadinya kebakaran hutan, kita juga menanaman pohon dengan ukuran
yang sama di lokasi yang berbeda. Sehingga di waktu panen tiba, para
investor tetap bisa menerima keuntungannya,” tandasnya.
Wira juga menyebutkan, kini hasil panen
perdananya itu sudah dikerjasamakan dengan perusahaan di Cina. Sehingga
kayu-kayu yang dihasilkannya itu akan diekspor berupa bahan jadi.
“Ada triplek, kayu lapis, kertas,
pensil, lantai kayu, mainan kayu dan furniture. Kita juga akan melakukan
MoU (Memorandum of Understanding) dengan Australia, Amerika dan
Singapura. Jadi hasilnya kita ekspor. Tentunya para investor tidak usah
khawatir, Indonesia memiliki lahan mati masih luas. Kita manfaatkan
untuk kehidupan umat manusia sekaligus bernilai bisnis. Untuk sementara
kita baru memiliki pabrik pengolahan kayu di Sukabumi. Nanti targetnya
di tiap daerah ada,” bebernya.
Bisnis sekaligus program kampanye
selamatkan bumi tersebut juga diapresiasi Sekretaris Daerah (Sekda)
Kabupaten Sukabumi, Iyos Somantri. Menurutnya, bisnis tersebut harus
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Karena, program menanam pohon
itu, selain bisnis juga bisa menyelamatkan bumi dari global warming.
“Kita tentunya mengapresiasi program
seperti ini. Selain bisnis juga ada tindakan mulia, tentunya untuk
kelangsungan hidup seluruh makhluk,” imbuh Iyos.
Kepala Kamar Dagang Indonesia (Kadin)
Kabupaten Sukabumi, M Azis menyambut baik program tersebut. Bahkan
menurutnya, program itu harus bergulir di Sukabumi. Terlebih Kabupaten
Sukabumi memiliki lahan yang luas dan masih didominasi lahan mati.
“Program bisnis kemanusiaan ini harus
kita dorong. Menanam satu pohon itu kan bisa membantu tiga orang untuk
bernapas, apalagi yang ditanamnya jutaan pohon. Selain itu juga bernilai
bisnis. Jadi tidak rugi berbisnis ini, hanya membutuhkan kesabaran.
Dalam lima tahun bisa menghasilkan keuntungan berlipat,” sebutnya.
Sementara itu, salah satu investor, Asep
yang akrab disapa Juragan Tasik terlihat bergembira saat menerima uang
hasil panen perdananya. Padahal, ia tak pernah pergi ke kebun untuk
mengurus pohon-pohon yang ia berikan modal.
“Modal saya dulu nekat menjual mobil.
Dengan modal Rp 62 juta. Sekarang saya bisa menerima Rp 350 juta. Tapi
diambil 50 persennya (Rp 175 juta) sedangkan 50 persennya lagi untuk
berinvestasi lagi agar pohonnya lebih banyak. Mudah-mudahan keluarga
kami bisa bahagia,” imbuhnya dengan semringah.(ryl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar